Langsung ke konten utama
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan. Tulisan ini mengetengahkan sekilas pandang mengenai pencemaran udara. pengertian, pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan manusia serta teknologi terbaru untuk menguranginya. Semakin pesatnya kemajuan ekonomi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan akan transportasi, dilain sisi lingkungan alam yang mendukung hajat hidup manusia semakin terancam kualitasnya, efek negatif pencemaran udara kepada kehidupan manusia kian hari kian bertambah. Untuk itulah tulisan singkat ini dipersembahkan sebagai bahan awal untuk melangkah menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam ruangan (indoor pollution). Sementara itu pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor dan tranportasi laut. Dari data BPS tahun 1999, di beberapa propinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kita bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik melalui penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian bagi penerapan teknologi pengurangan emis Sumber pencemaran udara dapat pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur yang berupa asap, Menurut beberapa penelitian pencemaran udara yang bersumber dari dapur telah memberikan kontribusi yang besar terhadap penyakit ISPA. Dari hasil penelitian pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan yang dilakukan oleh FKM–UI tahun 1987 terhadap spesimen darah pekerja jalan tol Jagorawi, menunjukkan kadar Timah Hitam adalah 3,92-7,59 ug/dl. Kemudian pada pengemudi dan petugas polantas diatas 40 ug/dl. Sedangkan kadar timah hitam di udara kota Jakarta berkisar antara 0,2-1,8 ug/m3. Diperkirakan 1 ug/dl timbal di udara sudah dapat menyebabkan tercemarnya darah oleh timbal sekitar 2,5- 5,3 ud/dl. Selanjutnya akumulasi timbal sebesar 10 ug/dl dalam darah dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak-anak hingga 2,5 poin. Diperkisakan pada tahun 1999 sebesar 1 juta poin tingkat kecerdasan anak-anak di Jakarta telah hilang. Hasil penelitian 1998 pada 131 anak sekolah usia 7 tahun di Jakarta dilaporkan terdapat kandungan Timbal dalam darah sebesar 7,7 ug/dl. Kejadian kebakaran hutan beberapa tahun yang lalu memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi berbagai pihak, khususnya sektor kesehatan. Akibat yang terjadi tidak dapat dihindarkan adalah menurunnya kualitas udara sampai taraf yang membahayakan kesehatan dan akhirnya menimbulkan dan meningkatkan gangguan penyakit saluran pernafasan seperti ISPA, asthma dan pneumonia serta penyakit mata. Tercatat di beberapa lokasi debu mencapai 10 kali lebih besar dibanding dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan, dan masyarakat yang memerlukan pengobatan di berbagai sarana pelayanan kesehatan meningkat tajam. Penderita ISPA pada daerah bencana asap meningkat sebesar 1,8-3,8 kali lebih besar dari jumlah penderita ISPA pada periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.   BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pencemaran Udara Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan. Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas udara (lingkungan).Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah, di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah, perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoorpollution). Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1986 adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke udara atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai peruntukkannya, (Achmad; 2004). Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia, (http://organisasi.org/ilmu-pengetahuan). Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti, (http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran udara). Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogen oksida). Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut: • Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi manusia. • Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita. • Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis. • Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan. 2.2 Jenis-Jenis Pencemar Udara 2.2.1 Oksida Karbon Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara transportasi yang berbahan bakar solar. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan turbocharge merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO, (http://io.ppi-jepang.org/article.php). Karbon monoksida merupakan polutan yang utama. jumlahnya mencapai hampir setengah dari seluruh polutan yang ada, (Fardiaz; 1992). Karena itu, strategi penurunan kadar karbon monoksida tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida, dan penggunaan bahan bakar yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor. Selain CO, oksida karbon lain seperti karbon dioksida (CO2) yang terdapat di udara dalam jumlah banyak juga akan membahayakan. Seperti CO, CO2 juga dihasilkan dari gas buang kendaraan, pemakaian bahan bakar fosil, pembakaran gas alam dan hutan, pembusukan, dahkan dari proses respirasi, (Aryulina; 2004). 2.2.2 Oksida Nitrogen Oksida nitrogen dihasilkan dari proses pembakaran minyak tanah atau batu bara. Nitrogen yang terdapat di udara akan ikut terbakar menjadi NOx, . Oksida jenis ini terbentuk atas tiga fungsi yaitu suhu (T), waktu reaksi (t), dan konsentrasi Oksigen (O2). Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan oleh proses termal NOx, dan dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%, (http://io.ppi-jepang.org/article.php). 2.2.3 Oksida Belerang Emisi sulfur oksida (SOx) terbentuk dari fungsi kandungan sulfur dalam bahan bakar. Selain itu kandungan sulfur dalam pelumas juga menjadi penyebab terbentuknya SOx emisi. Struktur sulfur terbentuk pada ikatan aromatik dan alkil. Dalam proses pembakaran sulfur dioksida dan sulfur trioksida terbentuk dari reaksi: S + O2 → SO2 SO2 + 1/2 O2 →SO3 Kandungan SO3 dalam SOx sangat kecil, yaitu sekitar 1-5 %. Gas ini berbau tajam dan tidak berwarna. Jika bereaksi di atmosfir akan membentuk zat asam. Badan WHO PBB menyatakan bahwa pada tahun 1987 jumlah sulfur dioksida di udara telah mencapai ambang batas yang ditetapkan oleh WHO, (http://io.ppi-jepang.org/article.php). 2.2.4 Kloro Fluoro Karbon (CFC) Peralatan rumah tangga berupa barang elektronik tidak semuanya aman digunakan. Sebagian dari alat-alat tersebut merupakan sumber pencemar udara. Polutan yang berasal dari peralatan rumah tangga seperti lemari es, pendingin ruangan dan peralatan rumah tangga yang menggunakan penyemprotan aerosol digolongkan ke dalam jenis CFC (Kloro Fluoro Karbon), (Aryulina; 2004). Selain CFC, komponen organik volatil laiinya adalah metana (CH4), benzena (C6H6), dan kelompok bromin. 2.2.5 Suspended Particulate Matter (SPM) Partikel debu dalam emisi gas buang terdiri dari bermacam-macam komponen. Selain berbentuk padatan, juga berbentuk cairan yang mengendap dalam partikel debu. Pada proses pembakaran, debu terbentuk dari pemecahan unsur hidrokarbon dan proses oksidasi setelahnya. Dalam debu tersebut terkandung debu ituv sendiri dan beberapa kandungan oksida logam. Dalam proses selanjutnya di atmosfer, kandungan metal dan debu tersebut membentuk partikulat. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon, SOF (Soluble Organic Fraction), debu, SO4, dan H2O, (http://io.ppi-jepang.org/article.php). 2.2.6 Oksida Fotokimia Pembentukan ozon pada atmosfer merupakan contoh dari pencemaran udara. Selain itu, beberapa contoh oksida fotokimia yaitu; peroksil nitrat, peroksida, hidrogen peroksida, formaldehid yang terbentuk di atmosfer oleh oksigen, dan uap hidrokarbon di bawah pengaruh sinar matahari. 2.2.7 Emisi Hidrokarbon (HC) Emisi Hidrokarbon (HC) terbentuk dari bermacam-macam sumber. Pada mesin, tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, atau tidak terbakarnya minyak pelumas silinder adalah satu penyebab munculnya emisi HC. Emisi hidrokarbon pada bahan bakar HFO yang biasa digunakan pada mesin-mesin diesel besar lebih sedikit jika dibandingkan dengan mesin diesel yang berbahan bakar diesel oil (DO). Emisi ini berbentuk gas metana (CH4). (http://io.ppi-jepang.org/article.php) Selain jenis-jenis yang telah disebutkan di atas, adapun jenis pencemar lainnya adalah panas, suara, dan substansi radioaktif, seperti radon-222, iodin-131, strontium-90, plutonium-239, dan radioisotop lainnya yang masuk ke atmosfer dalam bentuk gas maupun suspensi partikel, (Darmono; 2001). BAB III PERMASALAHAN Untuk membatasi permasalahan dalam makalah ini maka perlu dibuat sebuah rumusan masalah dalam hal ini adalah sebagai berikut: 1. Apa sajakah yang menjadi Sumber Pencemaran Udara di bumi ini? 2. Bagaimana Dampak Pencemaran Udara bagi kehidupan?   BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sumber Pencemaran Udara Sumber pencemaran udara terbagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya : kegiatan manusia, sumber alami, dan sumber-sumber lainnya. 4.1.1 Kegiatan Manusia Adapun yang menjadi sumber pencemaran udara diakibatkan karena kegiatan manusia, diantaranya transportasi, industri, pembakaran sampah, dan limbah. a. Transportasi Banyaknya alat transportasi yang digunakan akan menghasilkan gas buang dari kendaraan tersebut dalam jumlah besar. Hal ini menyebabkan terjadinya pencemaran udara. b. Industri Gas buang yang dihasilkan dari proses industri dapat menunjang terjadinya pencemaran udara. c. Pembakaran Proses pembakaran akan menghasilkan asap atau gas buang yang dapat mencemarkan udara. Selain itu, hal lainnya yang berhubungan dengan pembakaran seperti perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan bakar juga akan mengakibatkan udara terpolusi. d. Limbah Pembuangan limbah yang tidak pada tempatnya akan menimbulkan bau tak sedap sehingga dapat juga menjadi polutan pada udara. 4.1.2 Sumber Alami Polutan udara alami adalah zat yang dihasilkan dari terjadinya letusan gunung merapi, kebakaran hutan, nitrifikasi dan denitrifikasi biologi. Selain itu, partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersebar di udara oleh letusan vulkanik, angin, atau gangguan alam lainnya. 4.1.3 Sumber-Sumber Lain Beberapa sumber pencemar udara lainnya adalah transportasi ammonia, kebocoran tangki klor, timbulnya gas metana dari tempat pembuangan sampah, dan uap pelarut organik. Pencemar udara juga dapat diklasifikasikan menjadi pencemar primer dan sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder, (http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran udara). Polusi primer seperti SO2 dapat langsung mencemari udara sebagai proses alamiah atau aktivitas manusia. Polusi sekunder seperti asam sulfat terbentuk di udara melalui reaksi kimia antara polusi primer dengan komponen kimia yang sudah ada di udara, (Darmono; 2001). 4.2 Dampak Pencemaran Udara Pencemaran udara dapat terjadi kapan dan dimana saja. Dengan tercemarnya udara akan memberi dampak negatif bagi kesehatan, tanaman, hujan asam, efek rumah kaca, dan kerusakan lapisan ozon. Di Amerika, misalnya, para pengemudi telah meninggalkan bensin yang mengandung timah penyebab kebanyakan polusi udara bermuatan timah begitu sempurnanya mereka menjauhi bensin itu sehingga sebagian besar pompa bensin tidak lagi menjualnya. Karena timah hampir hilang sebagai zat aditif bensin di Amerika Serikat, maka konsentrasi rata-rata zat ini dalam darah anak-anak menurun hampir setengahnya. Walaupun para pembuat bensin bermuatan timah dan zat aditif timah memperingatkan bahwa harga bahan bakar akan meningkat dan persediaan berkurang, ternyata kedua hal tersebut tidak terjadi. Para pengemudi di Amerika Serikat sekarang hampir tidak merasakan tiadanya zat bahan bakar beracun ini, walaupun mereka tahu zat tersebut pernah ada. Penurunan tingkat konsentrasi timah di atmosfer merupakan "suatu keberhasilan lingkungan terbesar", kata Michael Walsh, seorang konsultan pemerintah Cina, Swedia, Swis dan negara-negara lain. Sesungguhnyalah, menghilangnya bensin bermuatan timah telah membantu lahirnya suatu generasi baru bahan bakar berwawasan lingkungan yang lebih bersih lagi di pasaran. Bensin jenis-jenis baru ini telah diformulasi ulang untuk menghilangkan sampai 90% zat benzene dan kandungan yang beracun lainnya, sehingga tingkat pencemaran udara di banyak kota di AS menurun sampai 15 persen dalam kurun waktu satu tahun setelah diberlakukan penjualan yang dianjurkan. Tapi keberhasilan ini tidak terbatas pada program-program penggantian jenis bahan bakar saja. 4.2.1 Dampak pada Kesehatan Dampak terhadap kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara akan terakumulasi dari hari ke hari. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan berakibat pada berbagai gangguan kesehatan, seperti bronchitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Dampak kesehatan yang diakibatkan oleh pencemaran udara berbeda-beda antarindividu. Populasi yang paling rentan adalah kelompok individu berusia lanjut dan balita.(http://www.walhi.or.id). Dampak pencemaran udara di bidang kesehatan umumnya terjadi pada sistem pernapasan. Zat pencemar yang ada di udara akan ikut terhirup saat proses respirasi. Melalui proses ini, polutan akan masuk ke dalam tubuh. Kuatnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh begantung jenisnya. Partikulat yang berukuran besar dapat tersaring pada saluran pernapasan bagian luar, sedangkan pertikulat berukuran kecil / gas dapat mencapai paru-paru. Dari sini, polutan akan terserap ke dalam darah dan tersebar keseluruh tubuh. Dampak yang sering dijumpai adalah infeksi saluran pernapasan akut, termasuk asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya, (http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran udara). Di samping itu, pencemaran udara yang sangat parah akan berdampak secara langsung terhadap mata (keluar air mata, mata terasa perih), dan tenggorokan (batuk, tenggorokan sakit), (http://www.foxitsoftware.com). Pencemaran udara juga dapat mengakibatkan penurunan Intelligent Quotient (IQ) otak, terutama pada anak-anak, (http://www.sinarharapan.co.id). 4.2.2 Dampak pada Tanaman Selain berdampak pada kesehatan manusia, pencemaran udara juga dapat berakibat buruk bagi makhluk hidup lainnya, seperti pada tanaman. Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis,(http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran udara). 4.2.3 Hujan Asam Pencemaran udara dihasilkan dari berbagai sumber. Polutan yang dihasilkan tersebut melayang-layang di udara hingga terbawa angin kemana-mana. Bahan kimia seperti SO2 dan NO akan bereaksi di udara membentuk polutan seperti NO2, asam nitrat, asam sulfat dalam bentuk butiran, garam nitrat, dan garam sulfat. Bahan kimia tersebut akan jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam, embun asam, dan partikel asam. Zat yang berbentuk gas akan diabsorbsi oleh daun tanaman. Kombinasi deposit kering, basah, atau bentuk asam yang diserap tanaman tersebut dinamakan deposit asam, dan air yang jatuh dari udara disebut hujan asam, (Darmono; 2001). Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 dapat bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Dampak dari hujan asam ini antara lain mempengaruhi kualitas air permukaan, merusak tanaman, melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan, dan merusak material dari bangunan karena hujan asam bersifat korosif, (http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran udara). Metode yang dapat digunakan untuk menanggulangi terjadinya hujan asam adalah dengan menggunakan bahan bakar yang bersulfur rendah. Hal ini tentunya akan mengurangi pembentukan emisi SO2 yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. 4.2.4 Efek Rumah Kaca Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Komposisi dan suhu juga mempengaruhi perubahan yang terjadi di atmosfer seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan kegiatan-kegiatannya, terutama dalam bidang transportasi. Beberapa pakar atmosfer dunia memprediksi akan terjadi kenaikan suhu diseluruh permukaan bumi yang dikenal dengan pemanasan global. Pemanasan global ini dapat terjadi sangat cepat disebabkan oleh peningkatan efek rumah kaca dan gas rumah kaca, (Achmad; 2004). Efek rumah kaca merupakan gejala peningkatan suhu dipermukaan bumi yang terjadi karena meningkatnya kadar CO2 di atmosfer. Gejala ini disebut efek rumah kaca karena diumpamakan dengan fenomena yang terjadi di rumah kaca, (Aryulina; 2004). Efek rumah kaca dapat diterangkan sebagai berikut : Energi matahari yang masuk ke bumi mengalami: - 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer - 25 % diserap awan - 45 % teradsorbsi oleh permukaan bumi - 5 % dipantulkan kembali oleh permukaan bumi Energi yang diadsorbsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun, sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan, gas CO2, dan gas rumah kaca lainnya untuk dikembalikan ke permukaan bumi, (Achmad, 2004). Efek rumah kaca disebabkan oleh adanya CO2, CFC, CH4, O3, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global, (http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran udara). Dampak dari pemanasan global adalah pencairan es di kutub, perubahan iklim regional dan global, perubahan siklus hidup flora dan fauna, dan sebagainya. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghambat pemanasan global adalah penghentian emisi CFC dan halon, pengurangan penggunaan bahan bakar minyak dengan cara memberikan pajak yang tinggi terhadap minyak bumi dan menggantikan bahan alternatif pengganti lainnya serta penggunaan bahan yang lebih efisien dan irit, pengurangan penggunaan energi batu bara yang dapat menyeimbangkan polusi CO2 dengan cara mengganti batu bara dengan gas alam dalam pembanglit tenaga listik, penggunaan filter/scrubber untuk menyaring CO2 dari asap buangan pabrik ataupun pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar batu bara, produksi kendaraan yang irit bahan bakar ditingkatkan sehingga emisi CO2 yang terbuang juga sedikit, peningkatan penggunaan energi matahari, angin, dan panas bumi, peningkatan penggunaan gas alam sebagai pengganti minyak bumi untuk enegi dalam masa transisi, mengurangi penebangan hutan dan peningkatan penanaman pohon (reboisasi), mengurangi jumlah kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB). 4.2.5 Kerusakan Lapisan Ozon Ozon adalah suatu bentuk oksigen dengan tiga atom O, yaitu O3. ozon tersebar dalam stratosfer membentuk lapisan yang tebalnya ± 35 km dengan konsentrasi yang bervariasi sesuai dengan ketinggiannya, (Achmad; 2004). Lapisan ozon adalah lapisan gas yang menyelimuti bumi pada ketinggian ± 30 km di atas bumi. Lapisan ozon yang terdapat pada lapisan atmosfer disebut stratosfer, (Aryulina; 2004). Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon, (http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran udara). Lapisan ozon yang tipis ini bila dibandingkan tebalnya dengan seluruh atmosfer bumi cukup efisien dalam menyaring semua sinar ultraviolet (matahari) yang berbahaya bagi makhluk hidup di bumi. Semakin pendek gelobang radiasi ultraviolet (UV), maka semakin besar pula bahaya yang ditimbulkan pada kehidupan, namun semakin baik ia terabsorbsi oleh lapisan ozon. Radiasi UV dengan panjang gelombang pendek dikenal sebagai UV-C, dan dapat mematikan makhluk hidup. Ultraviolet dengan panjang gelombang lebih panjang disebut UV-A, kurang berbahaya, dan hampir semuanya dapat menembus lapisan ozon, (Achmad; 2004). Emisi kloro fluoro karbon (CFC) merupakan senyawa yang berpeluang paling besar sebagai penyebab timbulnya lubang pada lapisan ozon. Senyawa ini berupa gas biru tua yang sangat stabil, mudah disimpan karena tidak mudah terbakar, dan harganya terjangkau. Karena itu, pengunaan CFC meluas dimana-mana, seperti pada AC, lemari es, bahkan digunakan sebagai pendorong aerosol dalam kaleng atau botol penyemprot. Kestabilan CFC yang sangat bermanfaat di bumi ini menyebabkan rusaknya lapisan ozon. Senyawa yang terdifusi ke stratosfer ini akan mengalami pemutusan ikatan kimianya oleh radiasi UV-C sehingga menghasilkan klor bebas yang sangat reaktif yang kemudian akan mengikat satu atom O dari ozon. Hal ini akan mengubah ozon menjadi molekul oksigen biasa, yaitu O2, (Achmad; 2004). Selain CFC, senyawa lain yang juga dapat merusak lapisan ozon adalah halon. Senyawa ini sepuluh kali lebih reaktif daripada CFC. Halon biasanya digunakan sebagai bahan dalam pemadaman api (pemadam kebakaran). Adapun senyawa lain yang turut berperan dalam merusak lapisan ozon adalah karbon tetraklorida (CCl4), kloroform (CHCl3), dan nitrogen dioksida (NO2), (Achmad; 2004). Dengan rusaknya lapisan ozon, sinar UV-B matahari yang masuk tidak terfilter sehingga mengakibatkan kerusakan pada kehidupan di bumi. Beberapa dampak yang terjadi diantaranya yaitu gangguan kesehatan pada manusia, (seperti kanker kulit dan iritasi pada mata), gangguan pada rantai makanan di laut, serta kerusakan tanaman budidaya pertanian dan perkebunan (penyakit tanaman), (Aryulina; 2004). Penyebab utama terjadinya kerusakan lapisan ozon adalah CFC. Untuk itu perlu dilakukan pembatasan pada penggunaan senyawa tersebut, yaitu dengan cara penghentian penggunaan CFC dalam penyemprotan aerosol dan pendingin ruangan, penghentian produksi basa plastik yang menggunakan CFC atau menggantinya dengan bahan lain, mendaur ulang freon dari mobil yang berAC, penggunaan freon untuk AC yang mudah bocor harus diganti atau dihentikan, dan yang paling baik adalah menghentikan semua penggunaan CFC, halon, metil kloroform, dan karbon tetraklorida, (Darmono:2001). 4.3 Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara Terjadinya pencemaran udara, tentu harus segera ditanggulangi dengan melakukan pencegahan sedini mungkin agar tidak terjadi kesakitan pada manusia. Dalam melakukan pencegahan secara tepat tergantung pada sifat dan sumber polutan udara. Pada dasarnya caranya dibedakan menjadi mengurangi polutan dengan alat-alat, mengubah polutan, melarutkan polutan, dan mendispersikan polutan. Menurut dr.drh. Mangku Sitepoe (1997), ada lima dasar dalam mencegah atau memperbaiki pencemaran udara berbentuk gas. 1. Absorbsi. Melakukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Biasanya absorbennya air, tetapi kadang-kadang dapat juga tidak menggunakan air (dry absorben). 2. Adsorbsi. Mempergunakan kekuatan tarik-menarik antara molekul polutan dan zat adsorben. Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat menyerap polutan. Berbagai tipe adsorben antara lain Karbon Aktif dan Silikat. 3. Kondensasi. Dengan kondensasi dimaksudkan agar polutan gas diarahkan mencapai titik kondensasi, terutama dikerjakan pada polutan gas yang bertitik kondensasi tinggi dan penguapan yang rendah (Hidrokarbon dan gas organik lain). 4. Pembakaran. Mempergunakan proses oksidasi panas untuk menghancurkan gas Hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan. Hasil pembakaran berupa Karbon Dioksida dan air. Adapun proses pemisahannya secara fisik dikerjakan bersama-sama dengan proses pembakaran secara kimia. 5. Reaksi kimia. Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan Belerang. Membersihkan gas golongan Nitrogen, caranya dengan diinjeksikan Amoniak yang akan bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan padat yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan Belerang dipergunakan copper oksid atau kapur dicampur arang. Sementara itu, pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel dapat dilakukan melalui enam konsep. 1. “Membersihkan” (Scrubbing). Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan. Alat scrubbing ada berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous, dan spray. 2. Menggunakan filter. Dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada permukaan filter. Filter yang dipergunakan berukuran sekecil mungkin. Filter bersifat semipermeable yang dapat dibersihkan, kadang-kadang dikombinasikan dengan pembersihan gas dan filter polutan partikel. 3. Mempergunakan presipitasi elektrostatik. Cara ini berbeda dengan cara mekanis lainnya, sebab langsung ke butir-butir partikel. Polutan dialirkan di antara pelat yang diberi aliran listrik sehingga presipitator yang akan mempresipitasikan polutan partikel dan ditampung di dalam kolektor. Pada bagian lain akan keluar udara yang telah dibersihkan. 4. Mempergunakan kolektor mekanis. Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga kinetis atau kombinasi keduanya untuk mengendapkan partikel. Sebagai kolektor dipergunakan gaya sentripetal yang memakai siklon. 5. Program langit biru. Yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara, baik pencemaran udara yang bergerak maupun stasioner. Dalam hal ini, ada tiga tindakan yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi (baca: kendaraan bermotor), yaitu: Pertama, mengganti bahan bakar kendaraan. Bahan bakar disel dan premium pembakarannya kurang sempurna sehingga terjadi polutan yang berbahaya. Dalam program lagit biru, hal ini dikaitkan dengan penggantian bahan bakar ke arah bahan bakar gas yang memberikan hasil pembakaran lebih baik. Kedua, mengubah mesin kendaraan. Mesin dengan bahan bakar disel diganti dengan mesin bahan bakar gas. Ketiga, memasang alat-alat pembersihan polutan pada kendaraan bermotor. 6. Menggalakan penanaman pohon. Mempertahankan paru-paru kota dengan memperluas pertamanan dan penanaman berbagai jenis pohon sebagai penangkal pencemaran. Sebab tumbuhan akan menyerap hasil pencemaran udara (CO2) dan melepaskan oksigen sehingga mengisap polutan dan mengurangi polutan dengan kehadiran oksigen. Bentuk pencegahan yang lain adalah membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan mengandung serat tinggi. Serat makanan dapat menetralkan zat pencemar udara dan mengurangi penyerapan logam berat melalui sistem pencernaan kita. Dan yang paling penting pemerintah hendaknya komitmen terhadap mengganti bensin bertimbal dengan bensin tanpa Timbal. (http://pollutionnews.blogspot.com)   BAB III PENUTUP Pencemaran udara adalah masuk atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari kegiatan manusia, (seperti gas buang dari penggunaan kendaraan bermotor, industri, pembakaran, limbah), dan sumber alami (seperti aktivitas gunung merapi, kebakaran hutan, dsb). Adapun jenis-jenis pencemar udara yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), oksida belerang (SOx), kloro fluoro karbon (CFC), partikulat matter (PM), oksida fotokimia, dan emisi hidrokarbon (HC). Pencemaran udara akan memberi dampak negatif bagi kesehatan (kanker paru-paru, iritasi mata, asma atau gangguan pernafasan), tanaman (gangguan pada pertumbuhan dan kerusakan pada tanaman), hujan asam (merusak tanaman, menganggu kualitas air, merusak material bangunan, dsb), efek rumah kaca (pencairan es di kutub, perubahan iklim), dan kerusakan lapisan ozon (kerusakan pada kehidupan di bumi).   DAFTAR PUSTAKA Achmad, Rukaesih. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Anonymous. 2002. Pencemaran Udara.http://id.wikipedia.org. Aryulina, Diah. 2004. Biologi SMA Kelas 1, Esis. Jakarta: Erlangga. Darmono.2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI Press. Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. Godam64. 2006. Pencemaran Udara pada Lingkungan Hidup Sekitar Kita. http://organisasi.org Institut Kesehatan Kobe. Dampak Pencemara Udara terhadap Kesehatan Manusia. http://www.foxitsoftware.com. Liem. 2004. Advokasi Pencemaran Udara. http://www.walhi.or.id Melinda. 2008. Pencemaran Udara. http://gogreenindonesia.blogspot.com. Mer. 2003. Pencemaran Udara Ancam IQ Anak. http://www.sinarharapan.co.id. Sudrajat, Agung. 2005. Pencemaran Udara Suatu Pendahuluan.   KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal penulisan kepada guru serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami dilain waktu. Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul makalah Pencemaran Udara, sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada. Banda Aceh 28 Juli 2010 Penyusun Penyusun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1 Pengertian Pencemaran Udara 3 2.2 Jenis-Jenis Pencemar Udara 6 2.2.1 Oksida Karbon 6 2.2.2 Oksida Nitrogen 7 2.2.3 Oksida Belerang 7 2.2.4 Kloro Fluoro Karbon (CFC) 8 2.2.5 Suspended Particulate Matter (SPM) 8 2.2.6 Oksida Fotokimia 9 2.2.7 Emisi Hidrokarbon 9 BAB III PERMASALAHAN 10 BAB IV PEMBAHASAN 11 4.1 Sumber Pencemaran Udara 6 4.1.1 Kegiatan Manusia 7 4.1.2 Sumber Alami 7 4.1.3 Sumber-Sumber Lain 7 4.2 Dampak Pencemaran Udara 13 4.2.1 Dampak pada Kesehatan 14 4.2.2 Dampak pada Tanaman 15 4.2.3 Hujan Asam 15 4.2.4 Efek Rumah Kaca 16 4.2.5 Kerusakan Lapisan Ozon 15 BAB III PENUTUP 24 DAFTAR PUSTAKA 25   PENCEMARAN TANAH O L E H FAISAH NOOR NIM PO7133009050 KELAS SWADANA T.1 DEPARTEMEN KESEHATAN RI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN BANDA ACEH 2010

Postingan populer dari blog ini

NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan masalah narkoba di tanah air dalam tahu 41 terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat tajam, data yang saya dapatkan dari” yakita ajomi “ menyebutkan di samping jumlah pemakai yang meningkat tajam, jenis dan jumlah yang kejahatan perkaif dengan narkoba terus berkembang, pemakai nya pula sudah sangat bervariasi. Kalau dulu narkoba hanya dipakai oleh orang 41 frustasi dan pemuda 41 berandalan, sekarang telah merambah kepada orang yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya: toko- toko ibu- ibu rumah tangga sampai remaja. Bukan hanya rumah tangga yang berantakan tetapi juga keluarga yang harmonis. Bukan hanya kota- kota besar, tetapi juga merata ke perdesaan. Pendek nya ke seluruh Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Penggunaan narkoba yang sampai pada titik pemadat, akhirnya tidak hanya mati, tetapi sebelum mati mengalami kesakitan yang luar biasa berupa cara berfikir, sikap mental dan perilaku seolah-olah berupa menjadi monster perus

ALAT KONTRASEPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim. Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen ,dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak apabila diinginkan. Ada berbagai macam jenis Alat Kontrasepsi yang tersedia di pasaran ,yang dapat dibeli dengan bebas. Jenis alat Kontrasepsi tsb antara lain : Kondom, Diafragma, Kondom Wanita, Suntikan, Susuk, IUD / AKDR (Alat kontrasepsi dalam Rahim), Pil, Spermisida (obat pembunuh sperma). Koran Kompas menyebutkan bahwa KB suntik menjadi pilihan mayoritas dikalangain ibu-ibu. Angka statistik ini di dapat dari Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Sugiri Sjarief, MPA saat media edukasi Kontrasepsi Sebagai Suatu Kebutuhan, di Grand Hyat, Jakarta pertengahan 2008. Kebanyakan dari mereka memilih KB suntik karena mereka hanya perlu melakukannya 1 – 3 bulan sekali dan tidak perlu melalui proses trauma seperti pada saat pemasangan spiral. Konstrasepsi s